Senin, 15 Februari 2016

Istikharoh bukan perkara memilih tapi lebih ke perkara tawakal dan yakin

Bingung? Sudah istikharoh?
Pernah mendapat pertanyaan seperti itu? Atau perintah seperti itu? Padahal tidak punya pilihan. Jangan khawatir, mblo. Istikharoh bukan perkara memilih tapi lebih ke perihal pasrah.
Dalam tradisi islam yang semua telah di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW, hampir setiap masalah pasti lengkap dengan solusinya. Contoh kecil; minum disarankan untuk duduk. Ternyata menurut penelitian jaman sekarang, ketika dibuktikan secara ilmiah hal tersebut sangatlah baik untuk kesehatan. Subahanallah. Dan masih banyak lagi contoh-contoh tindakan Nabi Muhammad yang relevan dizaman manapun.
Istikharoh adalah salah satu saran penyelesaian masalah yang kita tahu dan bersumber dari Nabi. Istikharoh secara bahasa berarti "amrih den pilihke" atau "berharap dipilihkan". Dari arti tersebut akan timbul pertanyaan. Berharap dipilihakan? Dipilihkan siapa? Tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah Allah SWT. Padahal, dalam prakteknya orang melakukan istikharoh pasti sudah punya pilihan entah itu dua atau mungkin lebih,  dan dia bingung memilih yang pasti yang mana, kemudian dia melakukan sholat hajat yang hajatnya itu adalah istikharoh. Apa gak ada yang salah?
Secara harfiah jika Istikharoh berarti berharap untuk dipilihkan Allah, lantas kenapa dalam prakteknya sudah punya pilihan baru melakukan istikharoh? Mari kita selaraskan pemahaman, bahwasanya istikharoh/sholat istikharoh bukan melulu karena memilih ataupun kebingungan memilih, tapi lebih ke persoalan ketakwaan, tawakal kita kepada Allah dan seyakin apa kita kepada Allah. Ada dua cara pemahaman kita terhadap istikharoh agar istikharoh kita tidak cuma sekedar menanggulangi kebingungan.
Pertama, adalah yakin. Jika biasanya kita melakukan istikharoh untuk memilih dua pilihan yang sama-sama kita ragukan atau sama-sama kita yakini, kemudian kita melakukan sholat hajat ditengah malam dan berharap mendapat mimpi atau semacam petunjuk yang kita yakini itu dari Allah. Tapi apakah benar itu petunjuk dari Allah? Seyakinkah itu kita? Maka dari itu marilah kita selaraskan mind set. Bahwa istikharoh itu bukan hanya untuk memilih jodoh, tapi apapun itu atau bahkan tak ada pilihan sama sekalipun kita bisa istikharoh, sebab istikharoh itu pada hakikatnya adalah meminta petunjuk atau berharap dipilihkan oleh Allah. Dan petunjuk dari Allah itupun tidak mesti lewat mimpi tapi apapun keadaan yang membuat kita lebih yakin kepada apa yang sedang kita bingungkan itu juga termasuk petunjuk. Adapun mimpi yang muncul dari orang awam seperti kita setelah istikharoh yang kebeningan hatinya masih diragukan, biasanya hanya berupa sugesti dari ingatan-ingatan kita sendiri tentang dua pilihan yang salah satunya memang sudah kita yakini hingga hal tersebutlah yang muncul dalam mimpi. Lalu bagaiman menyikapinya? Jawabnya satu, maka yakinlah. Yakin bahwa Allah selalu memilihkan apa yang kita butuhkan. Yakinlah bahwa semua pasti bermuara pada kebaikan. Jadi kalau kita mengalami hal semacam itu kita tabarukan saja dengan istkharoh yang notabenenya adalah contoh dari Nabi. Perihal mimpi yang muncul atas pilihan. Terlepas itu sugesti dari otak kita atau benar-benar petunjuk, kita yakin saja kepada Allah bahwa Beliau lah yang memilihkan.
Keduaadalah pasrah. Tawakal atau pasrah adalah berserah diri kepada Allah dengan sepenuh-penuhnya. Dalam istikharoh atau praktek istikharoh kita sangat memerlukan hal tersebut untuk kembali pada hakikat istikharoh sendiri. Jika kita berharap Allah memilihkan untuk kita. Maka langkah yang pertama kita harus benar-benar percaya kepada Allah, kemudian kita lepas semua pilihan kita, kita lepas semua keinginan kita, sehingga Allah akan memilihkan kita menurutNya bukan menurut pilihan kita, dan petunjuk akan muncul entah itu lewat mimpi atau hal yang lain. Dengan kita tetap pasrah maka kita mengiyakan bahwa istikharoh itu adalah sarana permintaan kita kepada Allah agar Allah memilihkan, bukan kita mendikte pilihan-pilihan kita kepada Allah. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar